
Kotabaru (Kemenag KTB) – Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Kotabaru H. Ahmad Kamal menyatakan, bahwa kegiatan MQK dapat memotivasi anak-anak pesantren untuk terus meningkatkan pemahaman terhadap nilai Islam yang diperolehnya.
“Belajar kitab adalah ruhnya pesantren, salah satu arkanul ma’had pesantren adalah belajar kitab kuning. Maka melalui ajang MQK ini dapat meningkatan pemahaman bagi santri yang hari-harinya selalu membaca kitab kuning,” ujarnya.
Hal tersebut disampaikan Kamal saat menerima santriawati Helyatul Azkia salah satu peserta yang akan mengikuti MQK Nasional tahun 2023 beserta mentor diruang kerjanya. Jum’at (07/07/23).
Menurut Ka.Kankemenag, MQK merupakan upaya untuk mendorong, meningkatkan kecintaan dan keseriusan santri dalam mempelajari kitab-kitab rujukan yang berbahasa Arab tanpa baris yang lebih dikenal dengan nama Kitab Kuning. Selain itu kata Kamal MQK juga untuk meningkatkan kemampuan dan kecakapan santri dalam membaca dan melakukan kajian ilmu Agama.
“Jadi musabaqah ini bukan sekedar ingin mencari juara. Tapi juga untuk memberikan ruang gerak, daya pikir kepada santri untuk melakukan sesuatu yang baru tidak keluar dari sistem ideologinya,” tegasnya.
Lebih lanjut ia sampaikan, Kementerian Agama akan selalu mensupport penuh semua peserta yang mengikuti ajang tersebut. Karena event tersebut bukan sekedar ajang tahunan tetapi menjadi sebuah kesempatan masyarakat terutama seluruh santri untuk lebih memperdalam dan memahami kitab kuning.
“Mari kita dukung even ini bersama-sama sehingga santri maupun santriawati dapat lebih meningkatkan keilmuannya, Sebab buku dan materi yang diperlombakan tidak berbaris alias gundul saja. Naun juga dinilai pasih dalam membaca, menerjemahkan sekaligus menjelaskan kandungan kitab kuning,” ucapnya.
Sementara Kepala Seksi pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan Islam (PAPKIS) H. Herman Prasetio mengatakan Pondok pesantren memiliki tiga peran penting, yakni peran pendidikan, peran dakwah, dan peran pemberdayaan masyarakat, dimana ketiga-tiganya begitu esensial dalam pembangunan sumber daya manusia maka MQK sepatutnya mampu menggugah dan menjadi daya tarik.
“MQK sepatutnya menjadi daya tarik serta menjadi penyemangat bagi para santri untuk mempelajari Al-Qur’an, Hadits, dan Kitab Kuning, sebagai pondasi dalam beribadah, berdakwah, dan berkehidupan, baik dalam lingkungan pondok pesantren maupun di luar pondok pesantren,” tandasnya.
Helyatul Azkia merupakan santriawati pada Pondok Pesantren Raudhatul Jannah yang akan mengikuti ajang Musabaqah Tilawatil Nasional Tahun 2023 pada tanggal 10 – 18 Juli 2023 di Pesantren Sunan Drajat, Paciran, Kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa Timur. Adapun tema yang diangkat pada even tahun ini yaitu “Rekontekstualisasi Turats untuk Peradaban dan Kerukunan Indonesia”. (Ref/Ft: Ulis)
Discussion about this post