Kotabaru (Kemenag KTB) – Kepala Seksi Pendidikan Agama dan Kependidikan Keagamaan Islam (PAPKIS) kantor Kementerian Agama Kab. Kotabaru H. Herman Prasetio, S. Ag mengharapkan pesantren mampu mencetak ulama yang dapat mengikuti perkembangan zaman.

Hal tersebut ia sampaikan di ruang kerjanya terkait informasi menjelang hari santri 2022, Jum’at (30/09/2022).
Herman menjelaskan pesantren tidak hanya memerankan peran-peran tradisional, seperti mentransmisikan ilmu-ilmu keislaman, memelihara tradisi keislaman atau mereproduksi ulama. Tetapi juga penting untuk mencetak ulama-ulama yang kompatibel dengan perkembangan zaman.
“Juga penting untuk mencetak ulama yang memiliki peran atau bisa berperan dalam pusat-pusat pembangunan yang berbasis masyarakat. Karena pesantren selalu hidup di tengah masyarakat,” tuturnya.
Ia juga menerangkan bahwa pesantren merupakan sebuah lembaga yang identik dengan nilai-nilai keislaman dan sekaligus mengandung makna ke-Indonesiaan.
“pesantren adalah lembaga pendidikan yang asli dan hanya ada di Indonesia, ” Sebutnya.
“Kita tidak akan pernah menemukan pesantren di tempat lain, di negara lain itu tidak ada. Pesantren itu ya pasti di Indonesia, ” Sambungnya.
Lebih lanjut lagi Herman menjelaskan dalam kurun waktu terakhir, sejarah telah mencatat bahwa pesantren mampu mempertahankan eksistensinya dalam kehidupan masyarakat dari waktu ke waktu.
“Bahkan pesantren memiliki peran penting dalam kemerdekaan negara Indonesia. Negeri ini tidak akan mungkin merdeka jika tidak ada pesantren,” jelasnya.
Begitu juga dengan Hari Santri Nasional yang diperingati setiap tahunnya, menurutnya, hal tersebut merupakan bagian dari cerminan bagaimana pesantren memiliki kontribusi yang luar biasa terhadap negara Indonesia.
“Di mana, pada 22 Oktober 19945 terdapat Resolusi Jihad yang dulu dikumandangkan oleh Hadratusyaikh Hasyim Asy’ari. Resolusi Jihad merupakan komando kepada para santri untuk menghadang tentara pada waktu yang ingin berkuasa dan kembali menjajah Indonesia, ” Paparnya.
Dengan begitu, Herman menyampaikan bahwa pesantren telah mampu survive, sekalipun masyarakat terus mengalami perubahan karena modernisasi dan globalisasi.
“Karena dunia pesantren dituntut untuk tidak hanya responsif terhadap perubahan-perubahan yang ada, tetapi juga disaat yang sama harus mampu mempertahankan nilai-nilai, karakter dan tradisi pendidikan yang selama ini ada di pesantren, ” Tutupnya. (Rep/Ft: Tina).
Discussion about this post